Aku hanyalah aku.
Aku tidaklah sehebat penenun sastera, yang lincah menenun bahasa menjadi sebuah punjangga.
Aku tidak juga seperti penganyam kata, yang tangannya berseni mengukir corak bahasa, benaknya pintar membentuk keindahannya, terpalit manis dalam madahnya.
Aku hanyalah penjahit 'sementara' yang berusaha untuk melekatkan cebisan-cebisan perca bahasa, yang sudah menjadi buangan sastera dunia untuk aku bentukkan menjadi sebuah sarung jiwa, yang bisa mengajak manusia kepada tuhan.